RSS

Kamis, 07 November 2013

DAMPAK EFEK RUMAH KACA

Efek Rumah Kaca PENGERTIAN EFEK RUMAH KACA DAN GAS-GAS YANG BERPERAN DALAM EFEK RUMAH KACA? Pengenalan efek rumah kaca Efek rumah kaca, pertama kali ditemukan oleh Joseph Fourier pada 1824, merupakan sebuah proses di mana atmosfer memanaskan sebuah planet. Mars, Venus, dan benda langit beratmosfer lainnya (seperti satelit alami Saturnus, Titan) memiliki efek rumah kaca. Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjuk dua hal berbeda: efek rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah kaca ditingkatkan yang terjadi akibat aktivitas manusia (lihat juga pemanasan global). Yang belakangan ini diterima oleh semua; yang pertama diterima kebanyakan oleh ilmuwan, meskipun ada beberapa perbedaan pendapat. Ketika radiasi matahari tampak maupun tidak tampak dipancarkan ke bumi, 10 energi radiasi matahari itu diserap oleh berbagai gas yang ada di atmosfer, 34% dipantulkan oleh awan dan permukaan bumi, 42% membuat bumi menjadi panas, 23% menguapkan air, dan hanya 0,023% dimanfaatkan tanaman untuk perfotosintesis. Malam hari permukaan bumi memantulkan energi dari matahari yang tidak diubah menjadi bentuk energi lain seperti diubah menjadi karbohidrat oleh tanaman dalam bentuk radiasi inframerah. Tetapi tidak semua radiasi panas inframerah dari permukaan bumi tertahan oleh gas-gas yang ada di atmosfer. Gas-gas yang ada di atmosfer menyerap energi panas pantulan dari bumi. Dalam skala yang lebih kecil – hal yang sama juga terjadi di dalam rumah kaca. Radiasi sinar matahari menembus kaca, lalu masuk ke dalam rumah kaca. Pantulan dari benda dan permukaan di dalam rumah kaca adalah berupa sinar inframerah dan tertahan atap kaca yang mengakibatkan udara di dalam rumah kaca menjadi hangat walaupun udara di luar dingin. Efek memanaskan itulah yang disebut efek rumah kaca atau ”green house effect”. Gas-gas yang berfungsi bagaikan pada rumah kaca disebut gas rumah kaca atau ”green house gases Gas-gas yang terdapat di dalamnya, terdapat enam jenis gas yang digolongkan sebagai gas rumah kaca, antara lain: 1. Karbondioksida (CO2) yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi, batu bara, dan gas alam). 2. Metana (CH4) berasal dari areal persawahan, pelapukan kayu, timbunan sampah, proses industri, dan eksplorasi bahan bakar fosil. 3. Nitrous Oksida (N2O) yang berasal dari kegiatan pertanian atau pemupukan, transporasi, dan proses industri. 4. Hidroflourokarbon (HFCs) berasal dari sistem pendingin, aerosol, foam, pelarut, dan pemadam kebakaran. 5. Perflourokarbon (PFCs) berasal dari proses industri. 6. Sulfurheksafluorida (SF6) berasal dari proses industri. DAMPAK EFEK RUMAH KACA TERHADAP LINGKUNGAN DAN PEREKONOMIAN? Beberapa dampak efek rumah kaca terhadap lingkungan, antara lain: 1.Meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahan iklim yang sangat ekstrem di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer. 2.mengakibatkan meningkatnya suhu air laut sehingga air laut mengembang dan terjadi kenaikan permukaan laut yang mengakibatkan negara Kepulauan akan mendapatkan pengaruh yang sangat besar. 3.Iklim Mulai Tidak Stabil Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut.Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim. 4.Peningkatan permukaan laut Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 – 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 – 35 inchi) pada abad ke-21.Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai.Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi ekosistem pantai. 5.Suhu Global Cendrung meningkat. 6.Gangguan ekologis Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah. 7.Dampak sosial dan politik Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.Ditambah pula dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit saluran pernafasan seperti asma, alergi, coccidiodomycosis, penyakit jantung dan paru kronis,dan lain-lain. Dampak efek rumah kaca terhadap perekonomian? Kehilangan lahan produktif akibat kenaikan permukaan laut dan kekeringan, bencana, dan risiko kesehatan mempunyai dampak pada ekonomi. Sir Nicolas Stern, penasehat perdana menteri Inggris mengatakan bahwa dalam 10 atau 20 tahun mendatang perubahan iklim akan berdampak besar terhadap ekonomi. Stern mengatakan bahwa dunia harus berupaya mengurangi emisi dan membantu negara-negara miskin untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim demi kelangsungan pertumbuhan ekonomi. Ia menjelaskan bahwa dibutuhkan investasi sebesar 1% dari total pendapatan dunia untuk mencegah hilangnya 5%-20% pendapatan di masa mendatang akibat dampak perubahan iklim. Belum ada data komprehensif mengenai dampak perubahan iklim di Indonesia. Namun beberapa data menunjukkan bahwa: 1. Suhu rata-rata tahunan menunjukkan peningkatan 0,30C sejak tahun 1990. 2. Musim hujan datang lebih lambat, lebih singkat, namun curah hujan lebih intensif sehingga meningkatkan risiko banjir. Pada 2080 diperkirakan sebagian Sumatera dan Kalimantan menjadi 10-30% lebih basah pada musim hujan; sedangkan Jawa dan Bali 15% lebih kering. 3. Variasi musiman dan cuaca ekstrim diduga meningkatkan risiko kebakaran hutan dan lahan, terutama di Selatan Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi (CIFOR, 2004) 4. Perubahan pada kadar penguapan air, dan kelembaban tanah akan berdampak pada sektor pertanian dan ketahanan pangan. Perubahan iklim akan menurunkan kesuburan tanah sekitar 2% sampai dengan 8%, diperkirakan akan mengurangi panen padi sekitar 4% per tahun, kacang kedelai sekitar 10%, dan jagung sekitar 50%. 5. Kenaikan permukaan air laut akan mengancam daerah dan masyarakat pesisir. Sebagai contoh air Teluk Jakarta naik 57 mm tiap tahun. Pada 2050, diperkirakan 160 km2 dari kota jakarta akan terendam air, termasuk Kelapa Gading, Bandara Sukarno-Hatta dan Ancol (Susandi, Jakarta Post, 7 Maret 2007). 6. Di Bali kerusakan lingkungan pada 140 titik abrasi dari panjang panti sekitar 430 km. Laju kerusakan pantai di Bali diperkirakan 3,7 Km per tahun dengan erosi ke daratan 50-100 meter per tahun (Bali Membangun, 2004). Kerusakan ini ditambah potensi dampak dari perubahan iklim diduga akan menyebabkan muka air laut naik 6 meter pada 2030, sehingga Kuta dan Sanur akan tergenang (Bali Post, 16 Agustus 2007). Hal ini mengancam keberlangsungan pendapatan dari pariwisata yang mengandalkan kekayaan dan keindahan pantai dan laut di Bali. Daerah yang lebih ‘aman’ adalah pantai berkarang yang bersifat terjal, seperti Uluwatu dan Nusa Penida serta daerah perbukitan dan pegunungan yang saat ini mempunyai ketinggian di atas 50 meter. Perubahan iklim bisa membuat harga makanan meningkat. Contohnya, produksi avokad california diperkirakan akan turun 40 persen dalam waktu 40 tahun mendatang. Sesuai hukum ekonomi, harganya akan meningkat. 7 Di Amerika Serikat, pembuatan pupuk kompos menghasilkan sepertiga metanol dari seluruh produksi gas hasil rumah kaca tersebut. 8. Perubahan iklim akan meningkatkan frekuensi gigitan nyamuk. Iklim yang panas membuat populasi capung dan katak–hewan pemakan nyamuk semakin berkurang. 9. Kulkas saat ini 70 persen lebih hemat listrik ketimbang kulkas yang diproduksi pada tahun 1970-an. 10. Mencuci perabotan makan secara sekaligus mengurangi sekitar 45 kilogram karbon per tahun ketimbang mencuci sebagian - sebagian. 11. Membuat komputer sleep pada saat ditinggalkan mengirit pengeluaran karbon nyaris 500 kilogram per tahun ketimbang mengaktifkan screen saver. DAMPAK PROGRAM MOBIL MURAH TERHADAP EFEK RUMAH KACA? Pro kontra mobil murah masih hangat dalam wacana publik. Pihak yang kontra kebijakan mobil murah dipastikan akan menambah kemacetan di kota kota besar di Indonesia terutama Jakarta. Padahal yang diperlukan oleh masyarakat bukan mobil murah melainkan transportasi masal yang aman, nyaman dan murah. Kebijakan mobil murah juga menyisakan pertanyaan tentang komitmen pemerintah dalam mengurangi emisi CO2 dan emisi efek rumah kaca dalam kerangka MDG yang pada akhirnya berpengaruh pada perubahan cuaca global. Awal Juni yang lalu pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2013 tentang Barang Kena Pajak Berupa Kendaraan Bermotor yang Dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah ( PPn BM ) yang disebut sebagai regulasi mobil murah atau Low Cost Green Car (LCGC). Peraturan Pemerintah tersebut mengatur perhitungan PPn BM. Potongan PPn BM yang dikenakan terhadap mobil LCE sebesar 25 persen hingga 50 persen sedangkan LCGC 100 persen alias dibebaskan. Sekalipun dikatakan “mobil ramah lingkungan”, mobil jenis ini masih tetap berbahan bakar premium dan diesel atau solar. Artinya, energi yang dikonsumsi dan gas buang masih sama dengan mobil jenis reguler lainnya. Sebagai ilustrasi ranking Emisi CO2 Indonesia tahun 2010 476,550 ribu ton atau ranking 12 dunia meningkat dari ranking 16 dunia Tahun 2008 406,029 ribu ton. Indonesia juga tercatat sebagai penghasil emisi gas rumah kaca ( greenhouse gas emissions ) ketiga terbesar di dunia. Emisi gas rumah kaca yang dihasilkan Indonesia terutama berasal dari kebakaran hutan dan kerusakan lingkungan yang berpengaruh besar pada perubahan cuaca extrem di Indonesia dan pada gilirannya di tingkat global karena posisi Indonesia sebagai negara tropis. Dampak dari perubahan cuaca ekstrim di Indonesia dan tingkat global antara lain adalah kenaikan suhu udara, curah hujan tinggi, naiknya permukaan laut, gelombang tinggi air laut, kekeringan dan pada akhirnya gangguan pada ketahanan pangan. Laporan Integrated Regional Information Network (IRIN, Oktober 2009) menyebutkan telah terjadi peningkatan frekwensi dan kerusakan akibat bencana terjadi Indonesia. Laporan lain secara khusus menyebutkan meningkatnya badai taifun, kekeringan, kebakaran hutan dan banjir akibat perubahan cuaca. Petani semakin kebingungan dengan perubahan cuaca yang membuat musim panen semakin sulit diprediksikan. Jenis risiko yang layak dicakup dalam asuransi pertanian untuk usaha tani padi mencakup risiko akibat kekeringan, banjir dan serangan hama penyakit. USAHA-USAHA UNTUK MENANGGULANGI EFEK RUMAH KACA? 1. Memahami kondisi cuaca dan pergerakan angin sebelum beraktivitas. 2. Penyesuaian pola tanam yang mengikuti peruahan musim. 3. Tidak menggali tanah yang miring di lereng bukit atau gunung untuk mencegah longsor. 4. Bagi yang bertempat tinggal di dekat pantai, agar mewaspadai pasang air laut. 5. Membudayakan hidup bersih dan membiasakan membuang sampah pada tempatnya unuk mencegah banjir karena tersumbatnya aliran air. 6. Membuat bak atau kolam untuk menampung hujan dan membuat sumur resapan. Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi efek rumah kaca sehingga dapat memperlambat laju pemanasan global adalah: 7. Membudayakan gemar menanam pohon dan menggunakan tanaman hidup sebagai pagar rumah. 8. Penebangan pohon harus diikuti dengan penanaman kembali bibit pohon yang sama dalam jumlah lebih banyak. 9. Hindari membakar sampah. 10.Jangan membuka lahan dengan membakar. 11.Hemat energi. 12.Usahakan menggunakan transportasi umum dan kendaraan yang berbahan bakar ramah lingkungan. 13.Rawat mesin kendaraan secara berkala agar emisi gas buang kendaraan baik. 14.Bagi industri, selalu memantau emisi gas buang limbahnya. SUMBER: http://khoirulamiin.blogspot.com/2012/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html http://ulincool.wordpress.com/ Jhamtani, hira. bali.climatechange@gmail.com http://www.tribunnews.com/metropolitan/2013/09/30/efek-rumah-kaca-suhu-jakarta-bisa-melonjak-hingga-setengah-air-mendidih http://www.neraca.co.id/harian/article/34322/Meramal.Perubahan.Cuaca

DAMPAK EFEK RUMAH KACA

Efek Rumah Kaca PENGERTIAN EFEK RUMAH KACA DAN GAS-GAS YANG BERPERAN DALAM EFEK RUMAH KACA? Pengenalan efek rumah kaca Efek rumah kaca, pertama kali ditemukan oleh Joseph Fourier pada 1824, merupakan sebuah proses di mana atmosfer memanaskan sebuah planet. Mars, Venus, dan benda langit beratmosfer lainnya (seperti satelit alami Saturnus, Titan) memiliki efek rumah kaca. Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjuk dua hal berbeda: efek rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah kaca ditingkatkan yang terjadi akibat aktivitas manusia (lihat juga pemanasan global). Yang belakangan ini diterima oleh semua; yang pertama diterima kebanyakan oleh ilmuwan, meskipun ada beberapa perbedaan pendapat. Ketika radiasi matahari tampak maupun tidak tampak dipancarkan ke bumi, 10 energi radiasi matahari itu diserap oleh berbagai gas yang ada di atmosfer, 34% dipantulkan oleh awan dan permukaan bumi, 42% membuat bumi menjadi panas, 23% menguapkan air, dan hanya 0,023% dimanfaatkan tanaman untuk perfotosintesis. Malam hari permukaan bumi memantulkan energi dari matahari yang tidak diubah menjadi bentuk energi lain seperti diubah menjadi karbohidrat oleh tanaman dalam bentuk radiasi inframerah. Tetapi tidak semua radiasi panas inframerah dari permukaan bumi tertahan oleh gas-gas yang ada di atmosfer. Gas-gas yang ada di atmosfer menyerap energi panas pantulan dari bumi. Dalam skala yang lebih kecil – hal yang sama juga terjadi di dalam rumah kaca. Radiasi sinar matahari menembus kaca, lalu masuk ke dalam rumah kaca. Pantulan dari benda dan permukaan di dalam rumah kaca adalah berupa sinar inframerah dan tertahan atap kaca yang mengakibatkan udara di dalam rumah kaca menjadi hangat walaupun udara di luar dingin. Efek memanaskan itulah yang disebut efek rumah kaca atau ”green house effect”. Gas-gas yang berfungsi bagaikan pada rumah kaca disebut gas rumah kaca atau ”green house gases Gas-gas yang terdapat di dalamnya, terdapat enam jenis gas yang digolongkan sebagai gas rumah kaca, antara lain: 1. Karbondioksida (CO2) yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi, batu bara, dan gas alam). 2. Metana (CH4) berasal dari areal persawahan, pelapukan kayu, timbunan sampah, proses industri, dan eksplorasi bahan bakar fosil. 3. Nitrous Oksida (N2O) yang berasal dari kegiatan pertanian atau pemupukan, transporasi, dan proses industri. 4. Hidroflourokarbon (HFCs) berasal dari sistem pendingin, aerosol, foam, pelarut, dan pemadam kebakaran. 5. Perflourokarbon (PFCs) berasal dari proses industri. 6. Sulfurheksafluorida (SF6) berasal dari proses industri. DAMPAK EFEK RUMAH KACA TERHADAP LINGKUNGAN DAN PEREKONOMIAN? Beberapa dampak efek rumah kaca terhadap lingkungan, antara lain: 1.Meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahan iklim yang sangat ekstrem di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer. 2.mengakibatkan meningkatnya suhu air laut sehingga air laut mengembang dan terjadi kenaikan permukaan laut yang mengakibatkan negara Kepulauan akan mendapatkan pengaruh yang sangat besar. 3.Iklim Mulai Tidak Stabil Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut.Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim. 4.Peningkatan permukaan laut Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 – 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 – 35 inchi) pada abad ke-21.Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai.Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi ekosistem pantai. 5.Suhu Global Cendrung meningkat. 6.Gangguan ekologis Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah. 7.Dampak sosial dan politik Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.Ditambah pula dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit saluran pernafasan seperti asma, alergi, coccidiodomycosis, penyakit jantung dan paru kronis,dan lain-lain. Dampak efek rumah kaca terhadap perekonomian? Kehilangan lahan produktif akibat kenaikan permukaan laut dan kekeringan, bencana, dan risiko kesehatan mempunyai dampak pada ekonomi. Sir Nicolas Stern, penasehat perdana menteri Inggris mengatakan bahwa dalam 10 atau 20 tahun mendatang perubahan iklim akan berdampak besar terhadap ekonomi. Stern mengatakan bahwa dunia harus berupaya mengurangi emisi dan membantu negara-negara miskin untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim demi kelangsungan pertumbuhan ekonomi. Ia menjelaskan bahwa dibutuhkan investasi sebesar 1% dari total pendapatan dunia untuk mencegah hilangnya 5%-20% pendapatan di masa mendatang akibat dampak perubahan iklim. Belum ada data komprehensif mengenai dampak perubahan iklim di Indonesia. Namun beberapa data menunjukkan bahwa: 1. Suhu rata-rata tahunan menunjukkan peningkatan 0,30C sejak tahun 1990. 2. Musim hujan datang lebih lambat, lebih singkat, namun curah hujan lebih intensif sehingga meningkatkan risiko banjir. Pada 2080 diperkirakan sebagian Sumatera dan Kalimantan menjadi 10-30% lebih basah pada musim hujan; sedangkan Jawa dan Bali 15% lebih kering. 3. Variasi musiman dan cuaca ekstrim diduga meningkatkan risiko kebakaran hutan dan lahan, terutama di Selatan Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi (CIFOR, 2004) 4. Perubahan pada kadar penguapan air, dan kelembaban tanah akan berdampak pada sektor pertanian dan ketahanan pangan. Perubahan iklim akan menurunkan kesuburan tanah sekitar 2% sampai dengan 8%, diperkirakan akan mengurangi panen padi sekitar 4% per tahun, kacang kedelai sekitar 10%, dan jagung sekitar 50%. 5. Kenaikan permukaan air laut akan mengancam daerah dan masyarakat pesisir. Sebagai contoh air Teluk Jakarta naik 57 mm tiap tahun. Pada 2050, diperkirakan 160 km2 dari kota jakarta akan terendam air, termasuk Kelapa Gading, Bandara Sukarno-Hatta dan Ancol (Susandi, Jakarta Post, 7 Maret 2007). 6. Di Bali kerusakan lingkungan pada 140 titik abrasi dari panjang panti sekitar 430 km. Laju kerusakan pantai di Bali diperkirakan 3,7 Km per tahun dengan erosi ke daratan 50-100 meter per tahun (Bali Membangun, 2004). Kerusakan ini ditambah potensi dampak dari perubahan iklim diduga akan menyebabkan muka air laut naik 6 meter pada 2030, sehingga Kuta dan Sanur akan tergenang (Bali Post, 16 Agustus 2007). Hal ini mengancam keberlangsungan pendapatan dari pariwisata yang mengandalkan kekayaan dan keindahan pantai dan laut di Bali. Daerah yang lebih ‘aman’ adalah pantai berkarang yang bersifat terjal, seperti Uluwatu dan Nusa Penida serta daerah perbukitan dan pegunungan yang saat ini mempunyai ketinggian di atas 50 meter. Perubahan iklim bisa membuat harga makanan meningkat. Contohnya, produksi avokad california diperkirakan akan turun 40 persen dalam waktu 40 tahun mendatang. Sesuai hukum ekonomi, harganya akan meningkat. 7 Di Amerika Serikat, pembuatan pupuk kompos menghasilkan sepertiga metanol dari seluruh produksi gas hasil rumah kaca tersebut. 8. Perubahan iklim akan meningkatkan frekuensi gigitan nyamuk. Iklim yang panas membuat populasi capung dan katak–hewan pemakan nyamuk semakin berkurang. 9. Kulkas saat ini 70 persen lebih hemat listrik ketimbang kulkas yang diproduksi pada tahun 1970-an. 10. Mencuci perabotan makan secara sekaligus mengurangi sekitar 45 kilogram karbon per tahun ketimbang mencuci sebagian - sebagian. 11. Membuat komputer sleep pada saat ditinggalkan mengirit pengeluaran karbon nyaris 500 kilogram per tahun ketimbang mengaktifkan screen saver. DAMPAK PROGRAM MOBIL MURAH TERHADAP EFEK RUMAH KACA? Pro kontra mobil murah masih hangat dalam wacana publik. Pihak yang kontra kebijakan mobil murah dipastikan akan menambah kemacetan di kota kota besar di Indonesia terutama Jakarta. Padahal yang diperlukan oleh masyarakat bukan mobil murah melainkan transportasi masal yang aman, nyaman dan murah. Kebijakan mobil murah juga menyisakan pertanyaan tentang komitmen pemerintah dalam mengurangi emisi CO2 dan emisi efek rumah kaca dalam kerangka MDG yang pada akhirnya berpengaruh pada perubahan cuaca global. Awal Juni yang lalu pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2013 tentang Barang Kena Pajak Berupa Kendaraan Bermotor yang Dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah ( PPn BM ) yang disebut sebagai regulasi mobil murah atau Low Cost Green Car (LCGC). Peraturan Pemerintah tersebut mengatur perhitungan PPn BM. Potongan PPn BM yang dikenakan terhadap mobil LCE sebesar 25 persen hingga 50 persen sedangkan LCGC 100 persen alias dibebaskan. Sekalipun dikatakan “mobil ramah lingkungan”, mobil jenis ini masih tetap berbahan bakar premium dan diesel atau solar. Artinya, energi yang dikonsumsi dan gas buang masih sama dengan mobil jenis reguler lainnya. Sebagai ilustrasi ranking Emisi CO2 Indonesia tahun 2010 476,550 ribu ton atau ranking 12 dunia meningkat dari ranking 16 dunia Tahun 2008 406,029 ribu ton. Indonesia juga tercatat sebagai penghasil emisi gas rumah kaca ( greenhouse gas emissions ) ketiga terbesar di dunia. Emisi gas rumah kaca yang dihasilkan Indonesia terutama berasal dari kebakaran hutan dan kerusakan lingkungan yang berpengaruh besar pada perubahan cuaca extrem di Indonesia dan pada gilirannya di tingkat global karena posisi Indonesia sebagai negara tropis. Dampak dari perubahan cuaca ekstrim di Indonesia dan tingkat global antara lain adalah kenaikan suhu udara, curah hujan tinggi, naiknya permukaan laut, gelombang tinggi air laut, kekeringan dan pada akhirnya gangguan pada ketahanan pangan. Laporan Integrated Regional Information Network (IRIN, Oktober 2009) menyebutkan telah terjadi peningkatan frekwensi dan kerusakan akibat bencana terjadi Indonesia. Laporan lain secara khusus menyebutkan meningkatnya badai taifun, kekeringan, kebakaran hutan dan banjir akibat perubahan cuaca. Petani semakin kebingungan dengan perubahan cuaca yang membuat musim panen semakin sulit diprediksikan. Jenis risiko yang layak dicakup dalam asuransi pertanian untuk usaha tani padi mencakup risiko akibat kekeringan, banjir dan serangan hama penyakit. USAHA-USAHA UNTUK MENANGGULANGI EFEK RUMAH KACA? 1. Memahami kondisi cuaca dan pergerakan angin sebelum beraktivitas. 2. Penyesuaian pola tanam yang mengikuti peruahan musim. 3. Tidak menggali tanah yang miring di lereng bukit atau gunung untuk mencegah longsor. 4. Bagi yang bertempat tinggal di dekat pantai, agar mewaspadai pasang air laut. 5. Membudayakan hidup bersih dan membiasakan membuang sampah pada tempatnya unuk mencegah banjir karena tersumbatnya aliran air. 6. Membuat bak atau kolam untuk menampung hujan dan membuat sumur resapan. Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi efek rumah kaca sehingga dapat memperlambat laju pemanasan global adalah: 7. Membudayakan gemar menanam pohon dan menggunakan tanaman hidup sebagai pagar rumah. 8. Penebangan pohon harus diikuti dengan penanaman kembali bibit pohon yang sama dalam jumlah lebih banyak. 9. Hindari membakar sampah. 10.Jangan membuka lahan dengan membakar. 11.Hemat energi. 12.Usahakan menggunakan transportasi umum dan kendaraan yang berbahan bakar ramah lingkungan. 13.Rawat mesin kendaraan secara berkala agar emisi gas buang kendaraan baik. 14.Bagi industri, selalu memantau emisi gas buang limbahnya. SUMBER: http://khoirulamiin.blogspot.com/2012/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html http://ulincool.wordpress.com/ Jhamtani, hira. bali.climatechange@gmail.com http://www.tribunnews.com/metropolitan/2013/09/30/efek-rumah-kaca-suhu-jakarta-bisa-melonjak-hingga-setengah-air-mendidih http://www.neraca.co.id/harian/article/34322/Meramal.Perubahan.Cuaca

Rabu, 06 November 2013

Efek Rumah Kaca

Efek Rumah Kaca PENGERTIAN EFEK RUMAH KACA DAN GAS-GAS YANG BERPERAN DALAM EFEK RUMAH KACA? Pengenalan efek rumah kaca Efek rumah kaca, pertama kali ditemukan oleh Joseph Fourier pada 1824, merupakan sebuah proses di mana atmosfer memanaskan sebuah planet. Mars, Venus, dan benda langit beratmosfer lainnya (seperti satelit alami Saturnus, Titan) memiliki efek rumah kaca. Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjuk dua hal berbeda: efek rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah kaca ditingkatkan yang terjadi akibat aktivitas manusia (lihat juga pemanasan global). Yang belakangan ini diterima oleh semua; yang pertama diterima kebanyakan oleh ilmuwan, meskipun ada beberapa perbedaan pendapat. Ketika radiasi matahari tampak maupun tidak tampak dipancarkan ke bumi, 10 energi radiasi matahari itu diserap oleh berbagai gas yang ada di atmosfer, 34% dipantulkan oleh awan dan permukaan bumi, 42% membuat bumi menjadi panas, 23% menguapkan air, dan hanya 0,023% dimanfaatkan tanaman untuk perfotosintesis. Malam hari permukaan bumi memantulkan energi dari matahari yang tidak diubah menjadi bentuk energi lain seperti diubah menjadi karbohidrat oleh tanaman dalam bentuk radiasi inframerah. Tetapi tidak semua radiasi panas inframerah dari permukaan bumi tertahan oleh gas-gas yang ada di atmosfer. Gas-gas yang ada di atmosfer menyerap energi panas pantulan dari bumi. Dalam skala yang lebih kecil – hal yang sama juga terjadi di dalam rumah kaca. Radiasi sinar matahari menembus kaca, lalu masuk ke dalam rumah kaca. Pantulan dari benda dan permukaan di dalam rumah kaca adalah berupa sinar inframerah dan tertahan atap kaca yang mengakibatkan udara di dalam rumah kaca menjadi hangat walaupun udara di luar dingin. Efek memanaskan itulah yang disebut efek rumah kaca atau ”green house effect”. Gas-gas yang berfungsi bagaikan pada rumah kaca disebut gas rumah kaca atau ”green house gases Gas-gas yang terdapat di dalamnya, terdapat enam jenis gas yang digolongkan sebagai gas rumah kaca, antara lain: 1. Karbondioksida (CO2) yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi, batu bara, dan gas alam). 2. Metana (CH4) berasal dari areal persawahan, pelapukan kayu, timbunan sampah, proses industri, dan eksplorasi bahan bakar fosil. 3. Nitrous Oksida (N2O) yang berasal dari kegiatan pertanian atau pemupukan, transporasi, dan proses industri. 4. Hidroflourokarbon (HFCs) berasal dari sistem pendingin, aerosol, foam, pelarut, dan pemadam kebakaran. 5. Perflourokarbon (PFCs) berasal dari proses industri. 6. Sulfurheksafluorida (SF6) berasal dari proses industri. DAMPAK EFEK RUMAH KACA TERHADAP LINGKUNGAN DAN PEREKONOMIAN? Beberapa dampak efek rumah kaca terhadap lingkungan, antara lain: 1.Meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahan iklim yang sangat ekstrem di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer. 2.mengakibatkan meningkatnya suhu air laut sehingga air laut mengembang dan terjadi kenaikan permukaan laut yang mengakibatkan negara Kepulauan akan mendapatkan pengaruh yang sangat besar. 3.Iklim Mulai Tidak Stabil Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut.Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim. 4.Peningkatan permukaan laut Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 – 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 – 35 inchi) pada abad ke-21.Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai.Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi ekosistem pantai. 5.Suhu Global Cendrung meningkat. 6.Gangguan ekologis Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah. 7.Dampak sosial dan politik Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.Ditambah pula dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit saluran pernafasan seperti asma, alergi, coccidiodomycosis, penyakit jantung dan paru kronis,dan lain-lain. Dampak efek rumah kaca terhadap perekonomian? Kehilangan lahan produktif akibat kenaikan permukaan laut dan kekeringan, bencana, dan risiko kesehatan mempunyai dampak pada ekonomi. Sir Nicolas Stern, penasehat perdana menteri Inggris mengatakan bahwa dalam 10 atau 20 tahun mendatang perubahan iklim akan berdampak besar terhadap ekonomi. Stern mengatakan bahwa dunia harus berupaya mengurangi emisi dan membantu negara-negara miskin untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim demi kelangsungan pertumbuhan ekonomi. Ia menjelaskan bahwa dibutuhkan investasi sebesar 1% dari total pendapatan dunia untuk mencegah hilangnya 5%-20% pendapatan di masa mendatang akibat dampak perubahan iklim. Belum ada data komprehensif mengenai dampak perubahan iklim di Indonesia. Namun beberapa data menunjukkan bahwa: 1. Suhu rata-rata tahunan menunjukkan peningkatan 0,30C sejak tahun 1990. 2. Musim hujan datang lebih lambat, lebih singkat, namun curah hujan lebih intensif sehingga meningkatkan risiko banjir. Pada 2080 diperkirakan sebagian Sumatera dan Kalimantan menjadi 10-30% lebih basah pada musim hujan; sedangkan Jawa dan Bali 15% lebih kering. 3. Variasi musiman dan cuaca ekstrim diduga meningkatkan risiko kebakaran hutan dan lahan, terutama di Selatan Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi (CIFOR, 2004) 4. Perubahan pada kadar penguapan air, dan kelembaban tanah akan berdampak pada sektor pertanian dan ketahanan pangan. Perubahan iklim akan menurunkan kesuburan tanah sekitar 2% sampai dengan 8%, diperkirakan akan mengurangi panen padi sekitar 4% per tahun, kacang kedelai sekitar 10%, dan jagung sekitar 50%. 5. Kenaikan permukaan air laut akan mengancam daerah dan masyarakat pesisir. Sebagai contoh air Teluk Jakarta naik 57 mm tiap tahun. Pada 2050, diperkirakan 160 km2 dari kota jakarta akan terendam air, termasuk Kelapa Gading, Bandara Sukarno-Hatta dan Ancol (Susandi, Jakarta Post, 7 Maret 2007). 6. Di Bali kerusakan lingkungan pada 140 titik abrasi dari panjang panti sekitar 430 km. Laju kerusakan pantai di Bali diperkirakan 3,7 Km per tahun dengan erosi ke daratan 50-100 meter per tahun (Bali Membangun, 2004). Kerusakan ini ditambah potensi dampak dari perubahan iklim diduga akan menyebabkan muka air laut naik 6 meter pada 2030, sehingga Kuta dan Sanur akan tergenang (Bali Post, 16 Agustus 2007). Hal ini mengancam keberlangsungan pendapatan dari pariwisata yang mengandalkan kekayaan dan keindahan pantai dan laut di Bali. Daerah yang lebih ‘aman’ adalah pantai berkarang yang bersifat terjal, seperti Uluwatu dan Nusa Penida serta daerah perbukitan dan pegunungan yang saat ini mempunyai ketinggian di atas 50 meter. Perubahan iklim bisa membuat harga makanan meningkat. Contohnya, produksi avokad california diperkirakan akan turun 40 persen dalam waktu 40 tahun mendatang. Sesuai hukum ekonomi, harganya akan meningkat. 7 Di Amerika Serikat, pembuatan pupuk kompos menghasilkan sepertiga metanol dari seluruh produksi gas hasil rumah kaca tersebut. 8. Perubahan iklim akan meningkatkan frekuensi gigitan nyamuk. Iklim yang panas membuat populasi capung dan katak–hewan pemakan nyamuk semakin berkurang. 9. Kulkas saat ini 70 persen lebih hemat listrik ketimbang kulkas yang diproduksi pada tahun 1970-an. 10. Mencuci perabotan makan secara sekaligus mengurangi sekitar 45 kilogram karbon per tahun ketimbang mencuci sebagian - sebagian. 11. Membuat komputer sleep pada saat ditinggalkan mengirit pengeluaran karbon nyaris 500 kilogram per tahun ketimbang mengaktifkan screen saver. DAMPAK PROGRAM MOBIL MURAH TERHADAP EFEK RUMAH KACA? Pro kontra mobil murah masih hangat dalam wacana publik. Pihak yang kontra kebijakan mobil murah dipastikan akan menambah kemacetan di kota kota besar di Indonesia terutama Jakarta. Padahal yang diperlukan oleh masyarakat bukan mobil murah melainkan transportasi masal yang aman, nyaman dan murah. Kebijakan mobil murah juga menyisakan pertanyaan tentang komitmen pemerintah dalam mengurangi emisi CO2 dan emisi efek rumah kaca dalam kerangka MDG yang pada akhirnya berpengaruh pada perubahan cuaca global. Awal Juni yang lalu pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2013 tentang Barang Kena Pajak Berupa Kendaraan Bermotor yang Dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah ( PPn BM ) yang disebut sebagai regulasi mobil murah atau Low Cost Green Car (LCGC). Peraturan Pemerintah tersebut mengatur perhitungan PPn BM. Potongan PPn BM yang dikenakan terhadap mobil LCE sebesar 25 persen hingga 50 persen sedangkan LCGC 100 persen alias dibebaskan. Sekalipun dikatakan “mobil ramah lingkungan”, mobil jenis ini masih tetap berbahan bakar premium dan diesel atau solar. Artinya, energi yang dikonsumsi dan gas buang masih sama dengan mobil jenis reguler lainnya. Sebagai ilustrasi ranking Emisi CO2 Indonesia tahun 2010 476,550 ribu ton atau ranking 12 dunia meningkat dari ranking 16 dunia Tahun 2008 406,029 ribu ton. Indonesia juga tercatat sebagai penghasil emisi gas rumah kaca ( greenhouse gas emissions ) ketiga terbesar di dunia. Emisi gas rumah kaca yang dihasilkan Indonesia terutama berasal dari kebakaran hutan dan kerusakan lingkungan yang berpengaruh besar pada perubahan cuaca extrem di Indonesia dan pada gilirannya di tingkat global karena posisi Indonesia sebagai negara tropis. Dampak dari perubahan cuaca ekstrim di Indonesia dan tingkat global antara lain adalah kenaikan suhu udara, curah hujan tinggi, naiknya permukaan laut, gelombang tinggi air laut, kekeringan dan pada akhirnya gangguan pada ketahanan pangan. Laporan Integrated Regional Information Network (IRIN, Oktober 2009) menyebutkan telah terjadi peningkatan frekwensi dan kerusakan akibat bencana terjadi Indonesia. Laporan lain secara khusus menyebutkan meningkatnya badai taifun, kekeringan, kebakaran hutan dan banjir akibat perubahan cuaca. Petani semakin kebingungan dengan perubahan cuaca yang membuat musim panen semakin sulit diprediksikan. Jenis risiko yang layak dicakup dalam asuransi pertanian untuk usaha tani padi mencakup risiko akibat kekeringan, banjir dan serangan hama penyakit. USAHA-USAHA UNTUK MENANGGULANGI EFEK RUMAH KACA? 1. Memahami kondisi cuaca dan pergerakan angin sebelum beraktivitas. 2. Penyesuaian pola tanam yang mengikuti peruahan musim. 3. Tidak menggali tanah yang miring di lereng bukit atau gunung untuk mencegah longsor. 4. Bagi yang bertempat tinggal di dekat pantai, agar mewaspadai pasang air laut. 5. Membudayakan hidup bersih dan membiasakan membuang sampah pada tempatnya unuk mencegah banjir karena tersumbatnya aliran air. 6. Membuat bak atau kolam untuk menampung hujan dan membuat sumur resapan. Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi . efek rumah kaca sehingga dapat memperlambat laju pemanasan global adalah 7. Membudayakan gemar menanam pohon dan menggunakan tanaman hidup sebagai pagar rumah. 8. Penebangan pohon harus diikuti dengan penanaman kembali bibit pohon yang sama dalam jumlah lebih banyak. 9. Hindari membakar sampah. 10.Jangan membuka lahan dengan membakar. 11.Hemat energi. 12.Usahakan menggunakan transportasi umum dan kendaraan yang berbahan bakar ramah lingkungan. 13.Rawat mesin kendaraan secara berkala agar emisi gas buang kendaraan baik. 14.Bagi industri, selalu memantau emisi gas buang limbahnya. SUMBER: http://khoirulamiin.blogspot.com/2012/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html http://ulincool.wordpress.com/ Jhamtani, hira. bali.climatechange@gmail.com http://www.tribunnews.com/metropolitan/2013/09/30/efek-rumah-kaca-suhu-jakarta-bisa-melonjak-hingga-setengah-air-mendidih http://www.neraca.co.id/harian/article/34322/Meramal.Perubahan.Cuaca